Artikel :
Dari Pulau Weh
hingga Papua, Indonesia menyimpan keindahan tiada tara akan pemandangan
alamnya. Gunung Argopuro merupakan salah satu diantara sekian keindahan alam
yang dimiliki Indonesia. Gunung ini berada di ketinggian 3.088 mdpl dan
terletak di Kalianan kecamatan Krucil kabupaten Probolinggo. Ada dua jalur
pendakian resmi yaitu Jalur Desa Baderan, Kecamatan Sumber Malang, Situbondo
dan Jalur Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Probolinggo.
Pendakian
dimulai dari Desa Baderan, tak jauh dari kantor Kementrian Kehutanan di Baderan
terdapat sebuah gapura yang bertuliskan “Kawasan Wisata Gunung Argopuro”.
Gapura tersebut memberitahu setiap pendaki yang melewatinya bahwa pendakian
akan segera dimulai. Selepas melewati gapura tersebut, jalur pendakian
didominasi oleh batuan koral yang melintasi perumahan serta perkebunan warga
sekitar. Sering kali kami berpapasan dengan warga yang sedang mengendarai
motornya dan membawa hasil kebun untuk dibawa ke desa dan dijual.
Setelah
melewati alun-alun besar, terdapat Padang Cikasur. Di sinilah salah satu
kekayaan alam Gunung Argopuro yang berupa padang savanna yang luas. Di
Padang Cikasur terdapat aliran sungai dengan air yang sangat jernih. Sungai
tersebut dikenal dengan Lembah Cikasur.
Padang Cikasur
juga memiliki cerita tersendiri ketika Indonesia masih berada dalam zaman
penjajahan. Konon, tentara Jepang ingin mendirikan sebuah lapangan terbang di
sana. Hal tersebut didukung dengan bukti di Cikasur terdapat sisa-sisa pondasi
bangunan yang sudah terbengkalai, menandakan proses pembangunan lapangan
terbang itu yang belum rampung sepenuhnya.
Padang Cikasur
merupakan tempat yang sungguh mengesankan. Selain sumber air yang melimpah,
pemandangan yang sangat indah, serta suara-suara khas burung merak yang juga
merupakan satwa di gunung ini. Sesekali kami menjumpai merak sedang minum di
Lembah Cikasur, ada pula yang berada diatas pohon-pohon sekitar.“Untuk gunung
dengan kawasan wisata, Argopuro adalah gunung dengan tingkat adventure
dan wilderness yang sangat tinggi,” kata Dion Rezha Pratama, anggota
yang tergabung di bawah organisasi Mahitala Universitas Parahyangan Bandung. Setelah
kami sampai dipadang rumput, kami langsung mendaki puncak Rengganis. Puncak
Rengganis dapat ditempuh dengan hanya 15 menit dari padang rumput. Puncak
argopuro didominasi oleh medan berbatu tetapi banyak pepohonan tinggi,
sementara puncak Rengganis didominasi oleh batu koral dengan medan sangat
terbuka tanpa pohon.
Di beberapa
titik batu tersebut terdapat asap-asap karena memang puncak Rengganis adalah
puncak gunung api yang masih aktif. Sampai di puncak Rengganis, satu hal yang
membuat kami takjub adalah terdapat sisa sisa bangunan menyerupai pura yang
sudah terbengkalai.
Dipuncak
Rengganis sendiri terdapat beberapa barang-barang yang dijadikan sesajen oleh
para pendaki karena mitos digunung tersebut yang masih amat kuat. Disisi lain
puncak rengganis terdapat 2 buah batu-batu yang disusun menyerupai makam. Hal
ini membuat mitos di argopuro semakin kuat dan mistis.
Danau Taman
Hidup ini merupakan salah satu kekayaan gunung Argopuro juga. Akan tetapi,
Taman Hidup hanya dapat ditempuh melalui jalur Desa Bremi. Jika dibandingkan,
ini sama saja dengan Padang Cikasur yang hanya dapat ditempuh melalui jalur
Baderan.
Taman hidup
merupakan danau yang sangat luas, kurang lebih seluas 1 km2. Saat kami sampai
di Taman Hidup, terlihat warga sekitar dari desa Bremi sedang asik memancing.
Warga sekitar mengaku bahwa di Taman Hidup terdapat ikan-ikan nila berukuran
cukup besar yang enak untuk dimasak. Ketika kami berada disana, keadaan cuaca
cerah, akan tetapi sesekali kabut turun menyelimuti seluruh danau Taman
Hidup.
Nama
: Deivy Triasti Apriliasanti
Kelas
: 2EA03
NPM
: 12213136
Tidak ada komentar:
Posting Komentar