Kamis, 08 Januari 2015

Belajar Efektif di Perguruan Tinggi

            Kebanyakan orang menganggap belajar di perguruan tinggi berbeda sekali dengan di SMA. Mungkin hal ini sebenarnya terjadi juga pada peralihan setiap jenjang pendidikan, misalnya dari SD ke SMP, dan dari SMP ke SMA, atau jenjang pendidikan lainnya. Bahkan dalam satu jenjang pendidikan saja metode belajar yang digunakan bisa beragam. Agar lebih unggul, suatu SMA mungkin menerapkan metoda belajar hasil penelitian mutakhir. Di samping dianggap dapat menghasilkan anak didik yang lebih unggul, perbedaan metode belajar ini sering juga dianggap sebagai alat promosi. Semangat
kompetisi berperan besar dalam mendorong semua orang ingin lebih unggul.
Kalau dulu perbedaan ini dihadapi dengan “biasa-biasa” saja, secara alamiah, sekarang kelihatannya tidak bisa kita bersikap demikian. Perlu persiapan lebih matang, mengenali dan memahami cara belajar di perguruan tinggi, dan mempelajari cara-cara belajar yang efektif agar hasil belajar maksimal. Apakah orang dulu kurang efektif cara belajarnya ?   Ataukah manusia memang harus selalu meningkatkan segala hal, selalu meningkatkan kemampuannya, selalu mengefektifkan cara-caranya dalam mengerjakan apapun, sampai batas yang entah bagaimana. Keadaan dunia yang serba cepat dan seperti tanpa batas serta berkembang serba sangat cepat mendorong kita harus selalu meningkatkan diri.
Sebetulnya wajar bila apa yang kita pelajari, dan cara kita mempelajarinya berbeda pada tiap tingkat usia yang berbeda. Waktu masih bayi apa yang bisa dipelajari tentu masih sangat terbatas, cara belajar pun masih sangat pasif, menunggu lingkungan yang beraksi, menunggu ayah ibu mengajak bicara atau bermain. Tindakan aktif bayi mungkin hanya menangis untuk menarik perhatian. Semakin bertambah usia, otak dan fisik semakin berkembang, kita semakin mampu lebih aktif dalam segala kegiatan. Keaktifan ini nanti akan menurun lagi bila mendekati akhir usia dan semakin rapuhnya tubuh kita. Jadi tidak masuk logika bila cara belajar di SMA dipertahankan di perguruan tinggi. Perlu penyesuaian.
Dorongan kompetisi, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang pesat, perkembangan kemampuan dan kebutuhan sejalan dengan bertambahnya usia, membuat cara belajar yang efektif lebih dibutuhkan lagi. Untuk apa kita belajar selama 3 jam, kalau yang “benar-benar belajar” efektifnya hanya 1 jam. Hanya buang waktu. Untuk apa juga kita mempelajari segala macam hal tapi sebagian besar tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Otak kita juga memiliki kemampuan dalam mengingat dan mencerna informasi yang masuk, sehingga bila dipaksakan juga percuma. Karena metode belajar di setiap lingkungan belajar dan di setiap jenjang pendidikan sangat beragam, begitu pula setiap individu sebenarnya mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, maka akan lebih efektif bila kita coba mengenali diri kita sendiri, dan cara belajar yang efektif bagi diri kita masing-masing.
Proses belajar tidak lepas dari “ingat dan lupa”. Semakin banyak yang dapat diingat dari apa yang dibaca, atau didengar, atau dilihat, atau dialami, maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar tersebut. Bila lebih banyak yang terlupakan, maka kita belajar dengan cara yang tidak efektif. Bagaimana meningkatkan jumlah informasi yang dapat kita ingat ?
Manusia ternyata lumayan pelupa. Penelitian H.F. Spitzer (dalam buku How to Study in College oleh Walter Pauk) terhadap 3605 mahasiswa yang belajar dari buku kuliah menunjukkan hal ini. Proses lupa yang terbanyak justeru terjadi selama hari pertama mahasiswa-mahasiswa tersebut belajar. Setelah satu hari, sebanyak 46% materi pelajaran sudah terlupakan, setelah 7 hari, terlupakan 65%, dan 14 hari 79%. Kecepatan lupa kemudian menurun. Setelah 21 hari 81% terlupa, setelah 28 hari 82%, dan setelah 63 hari 83%. Pelajaran yang teringat tinggal 17%. Padahal kita lebih mudah mengingat apa yang kita baca dibanding yang kita dengar. Jadi berapa persen yang ketinggalan di kepala mahasiswa dari kuliah lisan seorang dosen ?
Para ahli tentu saja tidak menyerah. Dari studi mereka diketahui bahwa kelupaan dapat dikurangi bila kita berkonsentrasi penuh berusaha memahami materi pelajaran pada saat pertama menghadapinya, sehingga terbentuk kesan mendalam yang akan tersimpan dalam ingatan. Tidak ada yang teringat bila tidak berkesan. Mengulang pelajaran atau bacaan dapat mengalihkan ingatan jangka pendek keingatan jangka panjang, kata ahlinya. Menyicil bahan pelajaran selama beberapa hari akan lebih nempel dibanding menghabiskannya dalam semalam.
Dalam bukunya Pauk menguraikan 10 prinsip belajar dan mengingat agar efektif. Prinsip pertama adalah ketertarikan pada pelajaran. Kita harus menyenangi bahan pelajaran agar terdorong dan bersemangat untuk mempelajarinya. Bagaimana kalau kita sebel kepada dosen atau pembimbing sehingga sebel pula terhadap pelajarannya ?  Apa boleh buat, kita harus mencari cara agar muncul cinta pada pelajaran ini. Salah satu cara mungkin dengan membentuk kelompok belajar bersama teman-teman yang menyenangkan.
Prinsip kedua adalah kita harus selektif. Artinya kita harus memecah bahan pelajaran yang banyak menjadi beberapa bagian kecil yang lebih mudah diingat. Kita juga perlu membatasi belajar hanya yang penting-penting saja, jangan semua kata mendetail harus diingat. Prinsip ini akan lebih mudah dijalankan bila disertai dengan pemahaman terhadap isi pelajaran dan keterkaitan satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini membutuhkan pandangan lebih luas untuk menangkap keseluruhan jaringan pelajaran, tidak hanya sempit pada detail tertentu.
Prinsip ketiga adalah keinginan untuk mengingat. Keinginan terhadap sesuatu biasanya mendorong kita untuk lebih memperhatikan dan memahaminya. Kejelasan tujuan dan manfaat dari suatu pelajaran akan mendorong membantu tumbuhnya keinginan untuk mempelajarinya. Bila dosen kurang menjelaskannya, mahasiswa perlu berinisiatif mencari tahu apa tujuan dan manfaat dari suatu mata kuliah.
Prinsip keempat adalah pengetahuan yang sudah kita miliki. Informasi baru yang kita tangkap baru nyambung bila sebelumnya kita sudah punya pengetahuan mengenai hal yang sama. Semester pertama dalam perkuliahan biasanya merupakan proses membentuk bank data pengetahuan, agar pada semester selanjutnya mahasiswa dapat membentuk pemahaman dan dapat saling mengaitkan beragam pengetahuan yang diperolehnya.
Prinsip kelima adalah pengorganisasian bahan agar menjadi berarti. Tiap orang bisa punya cara sendiri, yang penting pengorganisasian ini harus menjadi lebih sederhana, baik struktur maupun isinya. Banyak cara mengorganisasikan bahan pelajaran, misalnya dengan mengelompokkan berdasar kesamaan jenis atau sifat.
Prinsip keenam adalah mengungkapkan dengan kata-kata sendiri. Bila kita dapat mengungkapkan materi pelajaran dengan kata-kata kita sendiri, berarti kita sudah ingat dan memahaminya. Cara sederhana untuk melatihnya adalah dengan menutup catatan kita, sisakan hanya judul atau topiknya, lalu ungkapkan isi catatan dengan bersuara. Cara ini lebih efektif dibanding hanya mengulang-ulang membaca catatan atau buku.
Prinsip ketujuh adalah pengonsolidasian. Menurut para psikolog, kesan yang kita peroleh butuh waktu, sekitar 4 detik hingga 15 menit, untuk mengendap dan terkonsolidasi dalam benak kita. Proses ini dapat dibantu dengan mengucapkan atau menuliskan informasi yang kita peroleh, atau dengan mereview catatan segera setelah kuliah selesai.
Prinsip kedelapan adalah memperpendek waktu belajar. Membagi waktu belajar yang panjang menjadi beberapa sesi sering lebih menguntungkan karena membuat kita tidak terlalu lelah sehingga tetap bisa konsentrasi, motivasi juga menjadi lebih tinggi, dan kebosanan bisa terhindarkan. Tapi penerapan prinsip ini perlu memperhatikan kesinambungan bahan pelajaran. Dalam tugas penulisan mungkin prinsip ini tidak cocok, karena bila diputus di tengah jalan ide penulisan bisa terputus dan terlupakan.
Prinsip kesembilan adalah visualisasi mental. Sudah sama kita ketahui bahwa otak kiri menyimpan informasi verbal, sedangkan otak kanan menyimpan informasi visual. Berdasar penelitian Dr. Allan Paivio dari University of Western Ontario, bila kita mengingat informasi hanya dalam bentuk kata-kata saja, maka hanya sebelah otak kita saja yang digunakan. Bila informasi yang sama tersimpan juga dalam bentuk gambar atau sketsa, akan terbentuk kombinasi yang akan sangat kuat teringat. Jadi kita perlu membiasakan diri membuat diagram atau sketsa dari kata-kata.
Prinsip kesepuluh adalah keterkaitan atau hubungan. Caranya dengan mengaitkan informasi baru dengan ingatan yang sudah kita miliki, sehingga terangkai menjadi satu. Dengan demikian, ingatan terhadap informasi lama akan memicu teringatnya informasi baru tersebut.
Di samping 10 prinsip di atas ada alat atau metode yang dikembangkan untuk membantu memudahkan kita mengingat, misalnya mnemonic devices. Metode ini menggunakan kata-kata, ungkapan, kalimat, atau sajak, yang mudah diingat, yang dihubungkan dengan informasi yang sulit diingat.
Sistem 3R merupakan cara belajar yang lebih terstruktur. Langkah pertama adalah membaca (Read), dan membaca ulang sampai tahu apa yang dimaksud pengarang dalam tiap paragraf. Kemudian memberi tanda atau catatan di buku teks atau buku terpisah (Record). Tentu saja perlu selektif. Dan terakhir adalah mengungkapkan dengan kata-kata sendiri sambil menutup bab terkait (Recite). Ada sistem-sistem lain yang mirip dengan 3R, tapi lebih rumit. Bila tertarik dapat dilihat dalam buku How To Study In College, Walter Pauk.
Di samping ingatan yang kuat, badan yang sehat sangat dibutuhkan agar dapat belajar dengan baik. Hal “sepele” ini yang sering diabaikan. Mahasiswa sering menganggap badannya oke-oke saja. Mahasiswa sering lupa makan, atau makan sembarangan dan tidak teratur, dan kurang tidur saat mengerjakan dan mengejar deadline pemasukan tugas. Di samping proses belajar terganggu, cukup sering tiba-tiba jatuh sakit.
Gerakan tubuh dapat memacu aliran darah dan kerja pernapasan, sehingga belajar akan lebih efektif. Penelitian Jensen dan Dabney (2000) merekomendasikan peregangan dan napas yang dalam selama 3 menit untuk tiap periode 1 jam belajar terus menerus. Ahli lain menganjurkan setelah 1-2 jam melakukan kegiatan terkonsentrasi kita istirahat, betul-betul istirahat, selama 5-10 menit.
Tiap orang mempunyai siklus bioritmik masing-masing. Kita perlu mengenali kapan waktu puncak untuk belajar diri kita sendiri, dan menyesuaikannya dengan irama belajar kita. Kita juga perlu mengetahui kecepatan belajar atau mengerjakan tugas masing-masing agar dapat mengatur waktu yang tepat.
Belajar berkelompok akan mendorong mahasiswa lebih aktif mengungkapkan pendapatnya, dengan demikian mahasiswa juga terdorong mempersiapkan diri dengan lebih banyak belajar. Dalam kelompok mahasiswa tidak lagi berpikir seorang diri menghadapi kebuntuan masalahnya, tapi dapat mendiskusikan pemecahan bersama temannya. Cukup banyak mahasiswa yang menghadapi kesulitan belajar, tapi sulit juga berteman dan belajar berkelompok, akan semakin jatuh prestasinya.
Lingkungan tempat belajar berperan besar dalam menentukan keberhasilan proses belajar kita. Suasana ruangan yang tenang biasanya sangat efektif bagi kebanyakan orang untuk berkonsentrasi belajar, tapi mungkin juga tidak demikian bagi orang lain, karena membuatnya ingin tidur. Secara umum, tingkat penerangan, suhu udara, dan kualitas udara yang baik dan tepat akan meningkatkan kemampuan belajar kita. Kita perlu mencari atau menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan diri kita sendiri.
Iringan musik pada saat belajar juga banyak diyakini dapat merangsang kerja otak sehingga meningkatkan kemampuan belajar. Musik klasik terutama Mozart sudah banyak diterima dapat membantu meningkatkan konsentrasi belajar. Penelitian terakhir yang dilakukan Lernquadrat dari Austria bahkan menyimpulkan lagu-lagu Robbie Williams dan Anastacia adalah yang terbaik yang dapat menstimulasi kemampuan belajar anak, membuat anak dapat lebih berkonsentrasi dan mengingat lebih banyak informasi. Alasannya karena lebih cocok dengan selera anak-anak. Tapi jangan memaksakan diri bila memang anda sama sekali tidak suka musik.
Sebenarnya masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan efektifitas belajar kita. Tidak ada salahnya kita mencoba menerapkan berbagai cara belajar, tapi jangan memaksakan cara yang ternyata tidak cocok dengan gaya belajar kita. Mungkin yang paling penting adalah cobalah buat proses belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Nikmati.

Peran Masyarakat dalam Pendidikan



 Di Negara yang menjunjung tinggi demokrasi, diyakini bahwa pemerintah dibuat dari, oleh, dan untuk rakyat. Kebijaksanaan-kebijaksanaan negaranya, termasuk kebijaksanaan pendidikannya, sebagai bagian dari perangkat untuk menjalankan pemerintahan di Negara tersebut, juga berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Selain alasan demokrasi, kebijaksanaan pendidikan tersebut secara konkrit dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyat dibidang pendidikan. Rakyat lebih banyak tahu mengenai masalah mereka sendiri, dan bahkan juga banyak mengetahui bagaimana cara memecahkannya. Maka, keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, justru memperkukuh pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pelaksana formal.

Pembangunan yang dilakukan oleh Negara termasuk salah satu wujud dari implementasi kebijaksanaan yang diformulasikan. Bentuk pembangunan tersebut tidak hanya masalah fisik dan mental, melainkan juga sekaligus pembangunan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat, dengan demikian termasuk bagian atau objek dari pembangunan itu sendiri. Masyarakat juga dipandang sebaai modal dasar pembangunan, yang jika digalakkan akan besar sumbangannya terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka dalam melaksanakan kebijaksanaan - kebijaksanaan Negara, termasuk kebijaksanaan pendidikannya, adalah manifestasi dari pemanfaatan dan pendayagunaan modal dasar pembangunan. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan, tidak saja sekadar dipandang sebagai loyalitas rakyat atas pemerintahnya, melainkan yang juga tak kalah penting adalah sebagai miliknya. Dengan adanya perasaan memiliki terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan, masyarakat akan semakin banyak sumbangannya dalam pelaksanaan-pelaksanaan kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan.[1][1]
            Masyarakat selaku pengguna jasa lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk mengembangkan serta menjaga keberlangsungan penyelenggaraan proses pendidikan, sebagaimana diamanatkan oleh Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB IV yang didalamnya memuat bahwasannya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Peran serta masyarakat / partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan . selain itu masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi maysarakat dapat berbentuk:
a)      Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;
b)      Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;
c)      Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan;
d)     Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional;
e)      Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
f)       Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;
g)      Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;
h)      Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;
i)        Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional;
j)        Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan;
k)      Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan
l)        Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.




Pengaruh Ekonomi Terhadap Pendidikan




Dampak Krisis Ekonomi di Indonesia Terhadap Biaya Anggaran Pendidikan
Belahan Negara manapun termasuk di Indonesia kena tamparan keras dan telak krisis keuangan global yang diakibatkan oleh krisis keuangan Amerika Serikat sehingga kondisi demikian menyebabkan keuangan dalam negeri pertiwi ini menjadi labil atau mengalami defisit anggaran. Kondisinya cukup keruh dan sangat mengkhawatirkan. Ketika kondisinya menjadi demikian, ini pun membuat masyarakat menjadi harap-harap cemas, apakah pemerintah bisa mengatasi hal tersebut sesegera mungkin.
Dalam konteks demikian, pemerintah meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak panik menghadapi kenyataan krisis tersebut sebab akan segera dipulihkan. Namun terlepas krisis tersebut akan segera selesai atau terus berlanjut beberapa waktu kedepan, ada satu persoalan cukup mendasar yang bisa diamati lebih serius akibat dampak krisis global tersebut. Tanggal 16 Agustus 2008 lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menetapkan alokasi anggaran pendidikan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2009 sebesar 20%. Bila dinominalkan sekitar Rp. 224 triliun. Para pengamat ekonomi justru agak pesimis, pemerintah akan mampu merealisasikan anggaran 20% sedemikian sebab keuangan Negara berada dalam ancaman resiko sangat tinggi. Sebab anggaran Negara bisa jebol atau akan membengkak sangat besar ketika harus dipaksakan untuk sesuai target 20%. Akan tetapi, optimisme untuk tetap sesuai dengan persentase 20% juga meninggi bila mencermati harga minyak dunia yang juga turun tajam, mencapai US$ 65/barel. Sehingga posisi demikian terkadang pula melahirkan pertimbangan- pertimbangan cukup dilematis antara “bisa” atau “tidak bisa” untuk sampai target 20%. SBY menyampaikan bahwa harga minyak dunia mengalami naik turun sehingga sangat sulit untuk memprediksi harga minyak dunia saat ini akan tetap pada posisi stabil atau tidak kedepannya. Mencermati krisis tersebut yang cukup membahayakan keuangan negara, maka pemerintah jangan sampai mengambil kebijakan yang bersifat jangka pendek ( short-term) dengan satu tujuan supaya dunia pendidikan bisa ditingkatkan persentase anggarannya. Salah mengambil kebijakan, maka ongkos yang harus dibayar pun sangat besar.Sehingga diakui maupun tidak, pertimbangan mengambil langkah-langkah penanggulangan dan penyelamatan keuangan negara harus didasarkan pada kepentingan jangka panjang (long-term). Tidak menjadi persoalan ketika pemerintah di bawah kendali SBY melanggar janji politiknya untuk harus sesuai target anggaran pendidikan 20% selama menggunakan pertimbangan rasional. resiko besarnya adalah citra politik pemerintah harus anjlok di depan masyarakat di negeri ini dari Sabang sampai Merauke. Sehingga para guru atau sejumlah elemen masyarakat yang sangat gembira atas rencana dinaikkannya anggaran pendidikan 20% menjadi kecewa dan gigit jari. Mereka pun akan menstempel pemerintah sebagai penyelenggara negara yang tidak konsisten. Akan tetapi itu adalah pilihan politik yang harus diambil apabila pilihan-pilihan lainnya tidak ada. Ketika pemerintahan SBY gagal mewujudkan anggaran pendidikan 20%, maka itu harus diterima secara terbuka. Ini ibarat buah simalakama yang harus ditelan kendati pun tidak enak rasanya. Bukan berarti pula, SBY tidak memiliki kehendak dan kemauan politik sangat tinggi supaya anggaran pendidikan memiliki persentase sangat besar. Hal tersebut   terjadi karena pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih mendesak bagi penyelamatan bangsa dan negara ini.

Dampak yang Ditimbulkan oleh Rendahnya Ekonomi Keluarga.
            Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pendidikan sebagai hak asasi individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa baik orangtua, masyarakat,maupun pemerintah bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan (UU RI  No. 2 tahun 2003:37).  Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu. Dampak lain yang dibutuhkan oleh rendahnya ekonomi keluarga adalah anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini akan ikut mengganggu aktivitas belajar anak (Slameto, 1991:66). 
Kemapanan ekonomi ini sangat membantu siswa untuk melengkapi sarana dan prasarana belajarnya sehingga proses belajarnya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu, persoalan ekonomi juga dapat membantu sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar mengajar di sekolah melalui BP-3 maupun SPP siswa.
Persoalan ekonomi merupakan salah satu persoalan sangat penting dalam proses pendidikan formal. Oleh karena itu, bilamana ekonomi seseorang mengalami kesuraman niscaya proses pendidikannya akan terhambat. Bahkan mungkin terjadi proses pendidikannya akan terhenti disebabkan ketidakmampuan ekonomi keluarga membiayai pendidikannya.Sementara biaya pendidikan dewasa ini, kian hari kian meningkat seiring dengan semakin meningkatnya berbagai kebutuhan, termasuk kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, ditambah semakin meningkatnya biaya kebutuhan pokok sehari-hari. Di sisi lain, daya beli masyarakat menjadi tidak terjangkau atau semakin menurun.
Oleh karena itu tidak diragukan bahwa betapapun sulitnya perekonomian, masalah pendidikan bagi anak tetap mendapatkan perhatian dari masing-masing orangtua. Karena mayoritas orangtua murid termasuk orang-orang yang tahu dan mengerti tentang pendidikan, terutama pendidikan terhadap anak. Oleh karena itu mereka di samping bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, juga dituntut menyediakan biaya terhadap pendidikan anak-anaknya. Walaupun diantara mereka terdapat keluarga yang berekonomi pas-pasan (rendah). Dukungan orangtua terhadap anaknya untuk melanjutkan pendidikan seperti yang tampak pada sekolah dasar Perumnas Antang. Di sekolah dasar Perumnas Antang ternyata muridnya ada yang memiliki latar belakang keluarga yang berekonomi lemah, seperti orangtuanya bekerja buruh bangunan dan tukang becak. Pekerjaan tersebut tidak berarti tidak memperoleh penghasilan, namun hasil yang diperoleh tidak memenuhi keperluan hidup rumah tangga mereka, akibatnya pendidikan anak-anak mereka terbengkalai dan bahkan ada yang berhenti. Hal ini terjadi disebabkan oleh semakin tingginya biaya pendidikan dewasa ini, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pada Peguruan Tinggi. Pendapatan orangtua mereka memang tidak sama perkapitanya, akan tetapi rata-rata penghasilan orangtua mereka minimum Rp. 300.000,-/bulan, bahkan ada yang lebih rendah. Dengan demikian, rata-rata penghasilan orangtua mereka dalam setiap bulannya dapat dikatakan sebagai penghasilan yang sangat sederhana namun ada pula penghasilan orang tua yang sangat rendah sehingga mereka tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rendahnya ekonomi keluarga berdampak pada pemenuhan perlengkapan belajar siswa, misalnya pembelian buku paket, dan kelengkapan lainnya baik di sekolah maupu di lingkungan keluarga siswa. Di samping itu, rendahnya ekonomi keluarga dapat pula berdampak pada kelanjutan pendidikan anak bahkan ada yang sampai putus sekolah dan menjadi anak jalanan. Dedi Supriadi (2004:13) mengemukakan bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
Peranan Ekonomi Keluarga dalam Relevansinya dengan Pendidikan
            Upaya perluasan dan persebaran kesempatan bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan dasar menempati prioritas tertinggi dalam perkembangan pendidikan nasional. Hal ini sangat beralasan sebab Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara telah mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pengajaran, pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan pendidikan, baik pendidikan dasar, kejuruan, profesional, melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah (Nanang Fattah, 2002:89). Dipandang dari segi ekonomi dan sosial, maka sistem pendidikan suatu negara adalah alat yang penting untuk melestarikan norma dan meningkatkan keterampilan masyarakat secara berkelanjutan dan mempersiapkan masyarakat  tadi bagi kebutuhan pembangunan yang sedang berlangsung (Jusuf Enoch, 1991:167). Dalam setiap langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada suatu upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan. Dalam upaya mengatasi problem ekonomi, orang harus melakukan pendekatan yang realistis terhadap kehidupan manusia di muka bumi ini. Benar bahwa seseorang mempunyai berbagai kebutuhan ekonomi selama masa hidupnya. Maka tidak perlu membesar-besarkan bahwa hal itu sebagai problem besar dalam kehidupan. Seseorang tidak harus hidup senang sendirian. Oleh karena itu merupakan kesalahan besar  baginya dan tidak sesuai kehidupan kita, nilai etik dan moral kita, kebudayaan dan masyarakat, serta landasan ekonomi kita. Namun problema kehidupan yang sulit untuk disembunyikan adalah pendanaan pendidikan. Kebutuhan hidup berupa barang-barang elektronik mungkin saja tertahan untuk dihadirkan di dalam rumah tangga, tetapi biaya pendidikan bagi anak merupakan problema yang sulit disembunyikan. Lanjut tidaknya sang anak dalam menempuh pendidikan baik di sekolah dasar maupun pada jenjang tingkat yang lebih tinggi ditentukan oleh kemampuan ekonomi orangtua. Karena itu, dapat dipastikan bahwa kondisi ekonomi keluarga sangat terkait dan bahkan tidak terpisahkan bagi proses pendidikan anak. Slameto (1991:65) menuturkan bahwa “Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak” .Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar  berupa ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai ekonomi yang cukup, tetapi jika keadaan ekonomi keluarga memperihatinkan maka anak akan merasa tersisihkan  atau terisolasi oleh teman-temannya yang berekonomi cukup atau kaya, sehingga belajar anak akan terganggu. Bahkan mungkin karena kondisi ekonomi orangtuanya berada di bawah standar rata-rata, maka anak pun tidak akan memperhatikan kondisi belajarnya sebab ia akan ikut bekerja dan mencari nafkah sebagai pembantu orangtuanya walaupun sebenarnya anak  belum saatnya untuk bekerja hal ini akan juga menggangu belajar anak. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa kemungkinan adanya anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, tetapi justru keadaan yang begitu mereka menjadikannya cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya, terkadang pula keluarga yang kaya raya orangtua mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyah-foyah akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut dapat pula menggangu belajar anak bahkan dapat pula menyebabkan anak gagal dalam pendidikan disebabkan kurang perhatiannya orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan dan ekonomi keluarga sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Cita-cita masa depan seseorang tidak akan tercapai tanpa pendidikan, sedangkan pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dana, sedang dana sangat sulit tercapai tanpa pendidikan. Dengan demikian, antara pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga merupakan suatu lingkaran yang tak berujung serta tak terpisahkan dan saling terkait satu sama lain.

Pengaruh Faktor Ekonomi Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Sekolah Dasar
            Dalam rangka mencapai prestasi belajar anak khususnya di sekolah dasar sudah barang tentu harus ditunjang oleh berbagai sarana dan media belajar terutama dalam rumah tangga. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan belajar anak harus ditunjang oleh kecukupan dan kemantapan ekonomi keluarga. Ekonomi keluarga sangat termasuk salah satu faktor keberhasilan dan kegagalan pendidikan bagi anak. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:83) bahwa “Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya”. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah dan biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak sehari-hari. Lebih-lebih keluarga untuk dengan banyak anak, maka hal ini akan merasa lebih sulit lagi. Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif. Pembentukan pribadi dan sebagainya. Upaya apapun yang dilakukan oleh para pengelola sekolah dalam rangka menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien jika tidak ditunjang oleh ekonomi keluarga pihak siswa (orangtua siswa), niscaya upaya itu akan sia-sia. Misalnya, lengkapnya media belajar dan sarana mengajar yang dimiliki oleh sebuah sekolah, akan tetapi sarana belajar siswa di rumah kurang memadai, maka mungkin hanya proses mengajar saja yang efektif dan efisien, tetapi proses belajar terutama belajar mandiri di rumah tidak seperti apa yang diharapkan. Paradigma ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi dapat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun di rumah.

PERAN MANAJEMEN KEUANGAN


Manajemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisme. Pada awal lahirnya kapitalisme sebagai system ekonomi pada abad 18, manajemen keuangan hanya membahas topik rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut ia memiliki peranan antara lain sebagai berikut :
  • Tahun 1900    awal : penerbit surat berharga
  • Tahun 1930 – 1940 : kebangkrutan, reorganisasi
  • Tahun 1940 – 1950 : anggaran & internal audit
  • Tahun 1950 – 1970 : eksternal perusahaan
  • Tahun 1970 – 1980 : inflasi
  • Tahun 1980 – 1990 : krisis ekonomi keuangan
  • Tahun 1990 – skrg : globalisasi

FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari fungsi Manajemen Keuangan :
1.Perencanaan Keuangan: membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2.Penganggaran Keuangan: tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3.Pengelolaan Keuangan: menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4.Pencarian Keuangan: mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5.Penyimpanan Keuangan: mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
6.Pengendalian Keuangan: melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.
7.Pemeriksaan Keuangan: melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
8.Pelaporan Keuangan: penyediaan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi.

AKTIVITAS MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan berhubungan dengan 6 aktivitas, yaitu :
1.       Aktivitas pengambilan keputusan terhadap suatu masalah keuangan,yaitu sebagai seseorang yang paling berperan dalam perkembangan keuangan perusahaan.
  1. Aktivitas perencanaan dana/aset,yaitu aktivitas dimana manajer melakukan evaluasi kembali dan analisis dana/asset pereusahaan.
  2. Aktivitas pencarian dana/aset,yaitu dimana seorang manajer berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam pilihan mencari dana/asset yang tepat demi keberlangsungan perusahaan.
  3. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva.
  4. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
  5. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.
PERENCANAAN MANAJEMEN KEUANGAN

Perencanaan Keuangan adalah panduan atau pedoman yang disusun perusahaan untuk mencapai tujuan dan membantu meningkatkan nilai perusahaan. Untuk itu biasanya perusahaan melakukannya dengan cara memperkirakan jumlah dan penetapan waktu investasi dan pembiayaan yang diperlukan. Dalam membuat rencana keuangan, seorang pengusaha atau wiraswasta harus memiliki sikap positif sehingga dalam aktivitasnya merencanakan keuangan mengikuti langkah berikut :
  • Menetapkan tujuan perencanaan keuangan perusahaan secara tepat.
  • Menggunakan perencanaan keuangan sebagai motivator dan berusaha mengkomunikasikannya dengan pihak terkait.
  • Memastikan bahwa proses perencanaan diikuti pula oleh pengendalian dan selalu mengkomunikasikannya oleh pihak terkait.
  • Mengevaluasi strategi-strategi keuangan alternatif.
  • Mengumpulkan dan menetapkan target efisiensi baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  • Mengembangkan sebuah perencanaan dengan membandingkan terhadap prestasi standar yang sudah ditetapkan.
  • Memeriksa kebenaran perencanaan keuangan secara menyeluruh.
  • Meninjau kembali perencanaan keuangan serta merevisinya sehingga lahir kombinasi strategi yang tepat.