Kebanyakan orang
menganggap belajar di perguruan tinggi berbeda sekali dengan di SMA.
Mungkin hal ini sebenarnya terjadi juga pada peralihan setiap jenjang
pendidikan, misalnya dari SD ke SMP, dan dari SMP ke SMA, atau jenjang
pendidikan lainnya. Bahkan dalam satu jenjang pendidikan saja metode
belajar yang digunakan bisa beragam. Agar lebih unggul, suatu SMA
mungkin menerapkan metoda belajar hasil penelitian mutakhir. Di samping
dianggap dapat menghasilkan anak didik yang lebih unggul, perbedaan
metode belajar ini sering juga dianggap sebagai alat promosi. Semangat
kompetisi berperan besar dalam mendorong semua orang ingin lebih unggul.
Kalau dulu perbedaan ini dihadapi dengan “biasa-biasa” saja, secara
alamiah, sekarang kelihatannya tidak bisa kita bersikap demikian. Perlu
persiapan lebih matang, mengenali dan memahami cara belajar di perguruan
tinggi, dan mempelajari cara-cara belajar yang efektif agar hasil
belajar maksimal. Apakah orang dulu kurang efektif cara belajarnya ? Ataukah
manusia memang harus selalu meningkatkan segala hal, selalu
meningkatkan kemampuannya, selalu mengefektifkan cara-caranya dalam
mengerjakan apapun, sampai batas yang entah bagaimana. Keadaan dunia
yang serba cepat dan seperti tanpa batas serta berkembang serba sangat
cepat mendorong kita harus selalu meningkatkan diri.
Sebetulnya wajar bila apa yang kita pelajari, dan cara kita
mempelajarinya berbeda pada tiap tingkat usia yang berbeda. Waktu masih
bayi apa yang bisa dipelajari tentu masih sangat terbatas, cara belajar
pun masih sangat pasif, menunggu lingkungan yang beraksi, menunggu ayah
ibu mengajak bicara atau bermain. Tindakan aktif bayi mungkin hanya
menangis untuk menarik perhatian. Semakin bertambah usia, otak dan fisik
semakin berkembang, kita semakin mampu lebih aktif dalam segala
kegiatan. Keaktifan ini nanti akan menurun lagi bila mendekati akhir
usia dan semakin rapuhnya tubuh kita. Jadi tidak masuk logika bila cara
belajar di SMA dipertahankan di perguruan tinggi. Perlu penyesuaian.
Dorongan kompetisi, perkembangan pengetahuan dan teknologi yang pesat,
perkembangan kemampuan dan kebutuhan sejalan dengan bertambahnya usia,
membuat cara belajar yang efektif lebih dibutuhkan lagi. Untuk apa kita
belajar selama 3 jam, kalau yang “benar-benar belajar” efektifnya hanya 1
jam. Hanya buang waktu. Untuk apa juga kita mempelajari segala macam
hal tapi sebagian besar tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Otak kita
juga memiliki kemampuan dalam mengingat dan mencerna informasi yang
masuk, sehingga bila dipaksakan juga percuma. Karena metode belajar di
setiap lingkungan belajar dan di setiap jenjang pendidikan sangat
beragam, begitu pula setiap individu sebenarnya mempunyai gaya belajar
yang berbeda-beda, maka akan lebih efektif bila kita coba mengenali diri
kita sendiri, dan cara belajar yang efektif bagi diri kita
masing-masing.
Proses belajar tidak lepas dari “ingat dan lupa”. Semakin banyak yang
dapat diingat dari apa yang dibaca, atau didengar, atau dilihat, atau
dialami, maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh dari proses
belajar tersebut. Bila lebih banyak yang terlupakan, maka kita belajar
dengan cara yang tidak efektif. Bagaimana meningkatkan jumlah informasi
yang dapat kita ingat ?
Manusia ternyata lumayan pelupa. Penelitian H.F. Spitzer (dalam buku How
to Study in College oleh Walter Pauk) terhadap 3605 mahasiswa yang
belajar dari buku kuliah menunjukkan hal ini. Proses lupa yang terbanyak
justeru terjadi selama hari pertama mahasiswa-mahasiswa tersebut
belajar. Setelah satu hari, sebanyak 46% materi pelajaran sudah
terlupakan, setelah 7 hari, terlupakan 65%, dan 14 hari 79%. Kecepatan
lupa kemudian menurun. Setelah 21 hari 81% terlupa, setelah 28 hari 82%,
dan setelah 63 hari 83%. Pelajaran yang teringat tinggal 17%. Padahal
kita lebih mudah mengingat apa yang kita baca dibanding yang kita
dengar. Jadi berapa persen yang ketinggalan di kepala mahasiswa dari
kuliah lisan seorang dosen ?
Para ahli tentu saja tidak menyerah. Dari studi mereka diketahui bahwa
kelupaan dapat dikurangi bila kita berkonsentrasi penuh berusaha
memahami materi pelajaran pada saat pertama menghadapinya, sehingga
terbentuk kesan mendalam yang akan tersimpan dalam ingatan. Tidak ada
yang teringat bila tidak berkesan. Mengulang pelajaran atau bacaan dapat
mengalihkan ingatan jangka pendek keingatan jangka panjang, kata
ahlinya. Menyicil bahan pelajaran selama beberapa hari akan lebih nempel
dibanding menghabiskannya dalam semalam.
Dalam bukunya Pauk menguraikan 10 prinsip belajar dan mengingat agar
efektif. Prinsip pertama adalah ketertarikan pada pelajaran. Kita harus
menyenangi bahan pelajaran agar terdorong dan bersemangat untuk
mempelajarinya. Bagaimana kalau kita sebel kepada dosen atau pembimbing
sehingga sebel pula terhadap pelajarannya ? Apa
boleh buat, kita harus mencari cara agar muncul cinta pada pelajaran
ini. Salah satu cara mungkin dengan membentuk kelompok belajar bersama
teman-teman yang menyenangkan.
Prinsip kedua adalah kita harus selektif. Artinya kita harus memecah
bahan pelajaran yang banyak menjadi beberapa bagian kecil yang lebih
mudah diingat. Kita juga perlu membatasi belajar hanya yang
penting-penting saja, jangan semua kata mendetail harus diingat. Prinsip
ini akan lebih mudah dijalankan bila disertai dengan pemahaman terhadap
isi pelajaran dan keterkaitan satu bagian dengan bagian lainnya. Hal
ini membutuhkan pandangan lebih luas untuk menangkap keseluruhan
jaringan pelajaran, tidak hanya sempit pada detail tertentu.
Prinsip ketiga adalah keinginan untuk mengingat. Keinginan terhadap
sesuatu biasanya mendorong kita untuk lebih memperhatikan dan
memahaminya. Kejelasan tujuan dan manfaat dari suatu pelajaran akan
mendorong membantu tumbuhnya keinginan untuk mempelajarinya. Bila dosen
kurang menjelaskannya, mahasiswa perlu berinisiatif mencari tahu apa
tujuan dan manfaat dari suatu mata kuliah.
Prinsip keempat adalah pengetahuan yang sudah kita miliki. Informasi
baru yang kita tangkap baru nyambung bila sebelumnya kita sudah punya
pengetahuan mengenai hal yang sama. Semester pertama dalam perkuliahan
biasanya merupakan proses membentuk bank data pengetahuan, agar pada
semester selanjutnya mahasiswa dapat membentuk pemahaman dan dapat
saling mengaitkan beragam pengetahuan yang diperolehnya.
Prinsip kelima adalah pengorganisasian bahan agar menjadi berarti. Tiap
orang bisa punya cara sendiri, yang penting pengorganisasian ini harus
menjadi lebih sederhana, baik struktur maupun isinya. Banyak cara
mengorganisasikan bahan pelajaran, misalnya dengan mengelompokkan
berdasar kesamaan jenis atau sifat.
Prinsip keenam adalah mengungkapkan dengan kata-kata sendiri. Bila kita
dapat mengungkapkan materi pelajaran dengan kata-kata kita sendiri,
berarti kita sudah ingat dan memahaminya. Cara sederhana untuk
melatihnya adalah dengan menutup catatan kita, sisakan hanya judul atau
topiknya, lalu ungkapkan isi catatan dengan bersuara. Cara ini lebih
efektif dibanding hanya mengulang-ulang membaca catatan atau buku.
Prinsip ketujuh adalah pengonsolidasian. Menurut para psikolog, kesan
yang kita peroleh butuh waktu, sekitar 4 detik hingga 15 menit, untuk
mengendap dan terkonsolidasi dalam benak kita. Proses ini dapat dibantu
dengan mengucapkan atau menuliskan informasi yang kita peroleh, atau
dengan mereview catatan segera setelah kuliah selesai.
Prinsip kedelapan adalah memperpendek waktu belajar. Membagi waktu
belajar yang panjang menjadi beberapa sesi sering lebih menguntungkan
karena membuat kita tidak terlalu lelah sehingga tetap bisa konsentrasi,
motivasi juga menjadi lebih tinggi, dan kebosanan bisa terhindarkan.
Tapi penerapan prinsip ini perlu memperhatikan kesinambungan bahan
pelajaran. Dalam tugas penulisan mungkin prinsip ini tidak cocok, karena
bila diputus di tengah jalan ide penulisan bisa terputus dan
terlupakan.
Prinsip kesembilan adalah visualisasi mental. Sudah sama kita ketahui
bahwa otak kiri menyimpan informasi verbal, sedangkan otak kanan
menyimpan informasi visual. Berdasar penelitian Dr. Allan Paivio dari
University of Western Ontario, bila kita mengingat informasi hanya dalam
bentuk kata-kata saja, maka hanya sebelah otak kita saja yang
digunakan. Bila informasi yang sama tersimpan juga dalam bentuk gambar
atau sketsa, akan terbentuk kombinasi yang akan sangat kuat teringat.
Jadi kita perlu membiasakan diri membuat diagram atau sketsa dari
kata-kata.
Prinsip kesepuluh adalah keterkaitan atau hubungan. Caranya dengan
mengaitkan informasi baru dengan ingatan yang sudah kita miliki,
sehingga terangkai menjadi satu. Dengan demikian, ingatan terhadap
informasi lama akan memicu teringatnya informasi baru tersebut.
Di samping 10 prinsip di atas ada alat atau metode yang dikembangkan
untuk membantu memudahkan kita mengingat, misalnya mnemonic devices.
Metode ini menggunakan kata-kata, ungkapan, kalimat, atau sajak, yang
mudah diingat, yang dihubungkan dengan informasi yang sulit diingat.
Sistem 3R merupakan cara belajar yang lebih terstruktur. Langkah pertama
adalah membaca (Read), dan membaca ulang sampai tahu apa yang dimaksud
pengarang dalam tiap paragraf. Kemudian memberi tanda atau catatan di
buku teks atau buku terpisah (Record). Tentu saja perlu selektif. Dan
terakhir adalah mengungkapkan dengan kata-kata sendiri sambil menutup
bab terkait (Recite). Ada sistem-sistem lain yang mirip dengan 3R, tapi
lebih rumit. Bila tertarik dapat dilihat dalam buku How To Study In
College, Walter Pauk.
Di samping ingatan yang kuat, badan yang sehat sangat dibutuhkan agar
dapat belajar dengan baik. Hal “sepele” ini yang sering diabaikan.
Mahasiswa sering menganggap badannya oke-oke saja. Mahasiswa sering lupa
makan, atau makan sembarangan dan tidak teratur, dan kurang tidur saat
mengerjakan dan mengejar deadline pemasukan tugas. Di samping proses
belajar terganggu, cukup sering tiba-tiba jatuh sakit.
Gerakan tubuh dapat memacu aliran darah dan kerja pernapasan, sehingga
belajar akan lebih efektif. Penelitian Jensen dan Dabney (2000)
merekomendasikan peregangan dan napas yang dalam selama 3 menit untuk
tiap periode 1 jam belajar terus menerus. Ahli lain menganjurkan setelah
1-2 jam melakukan kegiatan terkonsentrasi kita istirahat, betul-betul
istirahat, selama 5-10 menit.
Tiap orang mempunyai siklus bioritmik masing-masing. Kita perlu
mengenali kapan waktu puncak untuk belajar diri kita sendiri, dan
menyesuaikannya dengan irama belajar kita. Kita juga perlu mengetahui
kecepatan belajar atau mengerjakan tugas masing-masing agar dapat
mengatur waktu yang tepat.
Belajar berkelompok akan mendorong mahasiswa lebih aktif mengungkapkan
pendapatnya, dengan demikian mahasiswa juga terdorong mempersiapkan diri
dengan lebih banyak belajar. Dalam kelompok mahasiswa tidak lagi
berpikir seorang diri menghadapi kebuntuan masalahnya, tapi dapat
mendiskusikan pemecahan bersama temannya. Cukup banyak mahasiswa yang
menghadapi kesulitan belajar, tapi sulit juga berteman dan belajar
berkelompok, akan semakin jatuh prestasinya.
Lingkungan tempat belajar berperan besar dalam menentukan keberhasilan
proses belajar kita. Suasana ruangan yang tenang biasanya sangat efektif
bagi kebanyakan orang untuk berkonsentrasi belajar, tapi mungkin juga
tidak demikian bagi orang lain, karena membuatnya ingin tidur. Secara
umum, tingkat penerangan, suhu udara, dan kualitas udara yang baik dan
tepat akan meningkatkan kemampuan belajar kita. Kita perlu mencari atau
menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan diri kita sendiri.
Iringan musik pada saat belajar juga banyak diyakini dapat merangsang
kerja otak sehingga meningkatkan kemampuan belajar. Musik klasik
terutama Mozart sudah banyak diterima dapat membantu meningkatkan
konsentrasi belajar. Penelitian terakhir yang dilakukan Lernquadrat dari
Austria bahkan menyimpulkan lagu-lagu Robbie Williams dan Anastacia
adalah yang terbaik yang dapat menstimulasi kemampuan belajar anak,
membuat anak dapat lebih berkonsentrasi dan mengingat lebih banyak
informasi. Alasannya karena lebih cocok dengan selera anak-anak. Tapi
jangan memaksakan diri bila memang anda sama sekali tidak suka musik.
Sebenarnya masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi dan
meningkatkan efektifitas belajar kita. Tidak ada salahnya kita mencoba
menerapkan berbagai cara belajar, tapi jangan memaksakan cara yang
ternyata tidak cocok dengan gaya belajar kita. Mungkin yang paling
penting adalah cobalah buat proses belajar menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Nikmati.