My Brother is My Rival
Chapter Ending
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC SANGAT , TYPOS, Shou-ai,
DON'T LIKE THEN DON'T READ
Pairing: KisaItaSasu, NejiSasu
.
.
Special thank's to:
Golden Marionette
Oh-Chan is Nanda
Fuyu No Bara
Anna Patricia
Aoi no Tsuki
YunJae IS REAL
Sota Kobayashi
.
.
PREVIOUS CHAPTER
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Itachi meraih tasnya dan bersiap untuk keluar.
Meskipun masih sulit untuk
berdiri, ia memaksakan diri untuk terus berjalan. Ia berjalan secara perlahan, pelan-pelan tapi pasti. Walau terasa sakit dan
membutuhkan waktu yang lama,
akhirnya ia mencapai pintu UKS.
Ia menghembuskan nafas lega. Jari-jari Indahnya menyentuh gagang pintu tersebut lalu membukanya.
END PREVIOUS CHAPTER. . .
Cletar!
Seperti disambar petir ekspresi wajahnya saat pintu itu terbuka menampilkan seorang makhluk biru yang sangat tidak ingin ditemuinya. Sekarang ia menghela nafas dengan sangat
berat.
"Hei, mau pulang bersamaku?" tanya Kisame yang suaranya pura-bura dibuat keren agar
terkesan cool dimata Itachi. Bukannya menjawab, Itachi mendorong
Kisame agar pergi dari
hadapannya saat ini juga. Itachi
mengeluarkan handphone dari saku
celananya, ia memencet tombol untuk mencari nomor orang yang mau ia hubungi.
Setelah menemukannya, ia
menekan tombol hijau lalu meletakan
handphone tersebut di dekat telinga kanannya. Nada tuuut, tuuuut, tuuut segera terdengar menunjukan bahwa telepon itu tengah tersambung. Tak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu orang yang bersangkutan
mengangkat teleponnya.
"Moshi-moshi Itachi, ada apa?" tanya orang di seberang sana.
"Kau sudah pulang sekolah?" tanya Itachi.
"Ya. Sekarang aku berada di parkiran dengan Sasuke."
"Neji, apa kau membawa mobil?" tanya Itachi lagi.
"Kebetulan sekali aku bawa. Sebenarnya kau kenapa?" tanya orang yang
sekarang diketehui bernama
Neji itu.
"Bisakah kau menjemputku? Kakiku sakit."
"Baiklah, tunggu sebentar aku segera kesana."
"Okay, arigatou."
"Doita."
Setelah Neji mengucapkan 'doita' Itachi langsung menutup teleponnya. Ia merasa senang,
akhirnya ada orang yang mau
membantunya sehingga ia
tidak pulang bersama Kisame. Neji dan Sasuke berjalan menuju parkiran saat bel
pulang sekolah selesai berbunyi. Tiba-tiba handphone Neji bergetar menandakan
ada
panggilan masuk, segera ia mengambil handphone di dalam kantung celananya.
Nama Itachi tertera di layar handphonenya, ia langsung mengangkatnya. Neji memberi
isyarat kepada Sasuke untuk
jalan terlebih dahulu. Setelah
mengetahui maksud Itachi menelponnya, Neji memanggil Sasuke. "Sasuke, kakakmu memerlukan bantuan. Ayo kita ke sekolahnya!" ajak Neji tanpa
menyadari perubahan wajah
Sasuke. Sasuke terlihat tidak suka Neji pergi menolong kakaknya.
"Baiklah," Sasuke menerima ajakan Neji meskipundi
dalam hatinya sangat malas. Tak berapa lama, mobil Neji sampai di depan gerbang sekolah Itachi. Itachi yang sudah berada di depan gerbang, melambai ke arahnya
sambil berjalan
tertatih-tatih.
"Kenapa kakimu?"
"Tadi aku terjatuh."
"Sudah baikan? Masih terasa sakit?"
"Tidak. Hanya saja tadi aku sulit sekali untuk menggerakannya."
"Hei! Cepat masuk mobil, aku ingin segera pulang!" kata Sasuke dari dalam mobil, dari
suaranya terdengar dengan
sangat jelas jika ia sedang badmood.
"Ummmm, mobilku ada di dalam. Bagaimana ini,
Neji?"
"Sasuke saja yang membawa, kau bias membawanya 'kan Sasuke?" tanya
Neji pada
Sasuke, yang bersangkutan hanya memberinya death glare.
"Dimana kunci mobilnya?" tanya Sasuke pada Itachi. Itachi memeberikan kunci mobilnya pada Sasuke.Setelah
mendapat kunci dari Itachi, Neji mengajak Itachi untuk masuk ke dalam mobilnya dan langsung tancap gas meninggalkan
Sasuke yang tengah bad mood
itu. Sasuke menendang
batu suci tak berdosa di dekatnya.
Aneh, ia merasa kesal Neji berdekatan dengan kakaknya. Ia takut Neji pergi meninggalkannya. Nejilah satu-satunya sahabatnya, karena jarang sekali ada
orang yang tulus menjadi
sahabatnya karena biasanya mereka hanya melihat hartanya yang melimpah, wajahnya yang tampan dan otaknya yang genius
ditambah dengan sifatnya
yang arogan dan playboy.
Mobil Neji sudah jauh dari pandangan mata, Sasuke berjalan ke parkiran sekolah
Itachi. Sasuke tidak perlu
menanyakan dimana parkirannya karena ia sudah hapal betul letaknya. Saat berjalan di areal parkir, Sasuke melihat seorang laki-laki yang menarik
perhatiannya. Laki-laki itu bertubuh tinggi, berkulit biru dan memiliki garis-garis di kedua sisi pipinya.
'Mangsa baru,' batinnya.
Bunyi bip-bip terdengar saat ia menekan tombol unlock. Ia membuka mobil Itachi.
Sesampainya di rumah Sasuke melihat Itachi dan Neji sedang memainkan game yang biasa dimainkan oleh Neji dan dirinya.
Lagi-lagi ia merasa kesal, ia
tidak mau sahabatnya bermain dengan orang lain selain dirinya terlebih lagi orang lain itu memainkan game kesukaannya
dan Neji.
Sasuke menghentakkan langkahnya untuk
menarik perhatian Neji.
Neji yang sadar akan kehadiran Sasuke menoleh sebentar lalu melanjutkan gamenya lagi. Sungguh kecewa hati Sasuke saat sahabat satu-satunya itu
mengacuhkannya. Sasuke
langsung ke kamarnya dan membanting pintu itu dengan keras membuat orang yang berada di dalam rumahnya menoleh ke
arah kamarnya. Ibu
Sasuke yang tengah berada di dapur untuk memasak, kaget mendengar pintu kamar anak kesayangnnya itu dibanting dengan keras. Segera ia berjalan menaiki
tangga untuk mengecek keadaan
anak bungsunya.
Tok…Tok…Tok…
Sasuke mendengar pintu kamarnya diketuk tapi ia memilih untuk mengabaikannya. Ibu
Sasuke yang khawatir karena
Sasuke tak kunjung membuka pintu kamarnya, mengetuk lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Sasuke-kun, ini kaasaan. Tolong buka
pintunya,sayang," kata wanita cantik itu lembut.
Mendengar suara ibunya Sasuke pun membuka pintu kamarnya. Saat pintu kamarnya
terbuka ibu Sasuke langsung
memeluknya menanyakan keadaannya
yang hanya di jawab dengan gelengan kepala dan wajah yang masam. Karena Sasuke tidak ada masalah sedikitpun, tidak ada luka dan sebagainya, wanita
cantik itu meninggalkan kamar
Sasuke dan kembali melanjutkan
aktifitasnya. Saat berpapasan dengan Itachi, Itachi menanyakan ada apa dengan Sasuke tetapi ia tidak menjawab sepatah kata
pun yang membuat Itachi
sedih. Ia tahu ibunya
membencinya tetapi hingga kini alasan ibunya membenci dirinya masih menjadi misteri yang belum bisa ia pecahkan.
Neji yang sudah tahu akan
hubungan Itachi dengan ibunya, merangkul Itachi berharap
Itachi bisa sedikit terhibur. Seandainya Neji tidak mancintai
Sasuke, seandainya Itachi
bisa berpura-pura untuk tidak mengetahui bahwa Neji sangat mancintai Sasuke, seandainya Itachi bisa menutup
matanya untuk melihat fakta
Sasuke adalah cahaya hidup Neji, ia pasti akan sangat senang dengan rangkulan ini.
Tapi Itachi bukanlah orang egois yang mementingkan perasaannya sendiri. Ia
juga tahu Sasuke mencintai
Neji hanya saja mereka terlalu naif untuk mengakuinya. Terkadang memang hidup tidak adil.
"Kenapa Neji? Kenapa dia sangat membenciku?" tanya Itachi pelan. Neji hanya
mengangkat bahu sebagai
jawaban atas ketidak tahuannya.
"Anyway, aku mau melihat Sasuke. Aku takut dia bermasalah!" kata Neji sambil
berjalan ke kamar Sasuke.
Itachi hanya bisa melihat punggung Neji yang berjalan menjauhinya.
"Oh, okay!" jawab Itachi meskipun ia tahu Neji mungkin saja tak mendengarnya.
"Jauhi dia! Kau tidak pantas berteman dengannya!" Itachi menoleh ke arah sumber suara.
"Kaasan, apa maksudmu?" tanya Itachi padaibunya.
"Jika kubilang jauhi dia karena kau tak pantas untuknya, maka kau harus
melakukannya!" jawab ibunya
mengancam Itachi. Itachi
hanya diam saja, ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Kaasan, ada hal yang ingin kutanyakan padamu sejak dulu. Maukah kau menjawabnya?"
tanya
Itachi penuh harap agar ibunya menjawab dengan jujur pertanyaan yang selama ini
mengganjal di benaknya.
"Jika pertanyaanmu tidak membuang-buang waktuku, silahkan saja! Tapi aku
yakin
pertanyaanmu tidak berguna!" jawab ibunya sambil berjalan pergi meninggalkan Itachi
yang terlihat seperti ranting
rapuh. Sementara itu Neji
sedang berusaha membujuk Sasuke
agar membuka pintu kamarnya namun orang yang bersangkutan terlalu keras kepala untuk melakukannya.
"Baiklah Sasuke, jika kau tidak membukanya aku akan memusnahkan tomat di dunia
ini!" ancam Neji karena
ia tahu inilah cara yang paling ampuh untuk mengancam Sasuke agar ia jinak. Seringai licik bermain di bibirnya. Tak berapa lama pintupun terbuka
(walau hanya sedikit)
menampilkan sosok manusia dengan raut wajah yang sangat kusut. Neji mencoba masuk tetapi Sasuke menahannya dengan
mengirim Neji
death glare andalannya. Namun Neji sudah terbiasa dengan hal itu sehingga sudah tak
mempan lagi baginya. Dengan susah payah Neji menerobos
masuk, ia mendorong dengan
sangat keras hingga membuatnya
dan Sasuke terjatuh di lantai marmer yang dingin tersebut. Mereka berdua sama-sama mengaduh kesakitan Neji duduk di ranjang Sasuke yang
terlapis oleh selimut bergambar
tomat, sementara itu Sasuke berdiri di hadapannya sambil bertolak pinggang. Death glare masih terlihat di
matanya.
"Hei, ada apa denganmu?" tanya Neji sambil menarik Sasuke untuk duduk di
sebelahnya.
"Jika kukatakan, apa kau peduli?" jawabnya dengan nada ketus.
"Oh ayolah! Kau tahu aku selalu peduli!"
"Mengapa kau memainkan GAME FAVORIT KITA
BERSAMA ITACHI?" teriak Sasuke persis di samping telinga Neji, sehingga
laki-laki yang tidak mempunyai
pupil berwarna hitam itu spontan menutup telinganya yang kini berdengung.
"Oh hanya itu alasannya," Neji mengangguk
mengerti.
"Kau bilang hanya? HANYA?" tanya Sasuke. Kini ia mengambil guling yang berada di
sampingnya dan memukul Neji dengan
keras. Neji tidak merasa sakit
karena guling itu sangat lembut.
"Memangnya kenapa kalau aku memainkannya dengan Itachi?"
"Tidak boleh! Apalagi dengan orang lain, pastikan aku akan membunuhmu!"
"Okay, okay!"
"Hei, mau mendengar ceritaku?" tanya Sasuke.
"Tentang apa? Ekspresi patah hati dari orang-orang yang
sudah kau putuskan?"
"Ah kau ini! Bukan itu! Aku mendapat mangsa
baru!"
"Nani? Secepat itu? Kau baru saja memutuskangadis
bernama Konan, sekarang kau sudah mendapatkan mangsa baru?" tanya Neji walaupun ia sudah tidak heran lagi tetapi
entah kenapa perasaannya menjadi aneh.
"Yup. Kau tahu? Dia satu sekolah dengan Itachi!"
"Nani? Itachi? Kenapa kau bisa tartaric dengannya?"
"Tidak tahu, aku merasa ada sesuatu yang menarik dalam dirinya," kata
Sasuke setengah menerawang.
Neji menghela nafas panjang.
"Menarik? Apakah dia lebih tampan dari pada diriku?" tanya Neji.
"Tentu saja kau lebih tampan, sejujrnya dia terlihat seperti hiu!"
"Oh."
"Oh? Hanya itu responmu?"
"Memangnya kau mau seperti apa responku?
Anyway, aku harus pulang ini sudah hampir malam, kaasanku bisa khawatir," Neji
beranjak dari tempat tidur
Sasuke dan berjalan keluar dari kamarnya. Setelah berpamitan kepada kedua orang tua Sasuke, Neji pergi meninggalkan rumah
itu. Dalam perjalanan,
ia hampir tidak bisaberkonsentrasi menyetir. Pikirannya kacau. Ratusan kali Sasuke membuatnya patah
hati seperti ini. Saat melihat danau, ia memarkir
mobilnya dengan sembarang.
Ia pun keluar dari mobil. Dilihatnya danau yang sangat indah, tenang serta cahaya bulan yang memantul di permukaan
danau tersebut terasa sangat
menentramkan.
"ARRRRRRGH!" Neji berteriak dengan sangat frustasi, ia mengacak-acak rambutnya
hingga berantakan dan
terlihat sangat kacau. Untung saja danau ini sepi jadi tak ada seorang pun yang melihat dirinya yang sudah seperti
orang gila. Ia menarik nafas,
menghembuskannya, menarik nafas
lagi dan begitulah seterusnya sampai ia merasa tenang.
"ARRRRRGH! Aw!" lagi-lagi ia berteriak tetapi berganti menjadi rintihan kesakitan
saat kaleng kosong yang
sepertinya sengaja dilempar mengenai kepalanya.
"Apa kau sudah gila? Berteriak tidak jelas di pinggir danau!" kata orang
misterius tersebut.
"Siapa kau? Mencampuri urusan orang saja!" balas Neji sengit, ia pikir tidak ada orang
yang melihatnya.
.
End Chapter . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar