Kamis, 08 Januari 2015

My Brother is My Rival end



My Brother is My Rival

Chapter Ending
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC SANGAT , TYPOS, Shou-ai,
DON'T LIKE THEN DON'T READ
Pairing: KisaItaSasu, NejiSasu
.
.
Special thank's to:
Golden Marionette
Oh-Chan is Nanda
Fuyu No Bara
Anna Patricia
Aoi no Tsuki
YunJae IS REAL
Sota Kobayashi
.
.
PREVIOUS CHAPTER
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Itachi meraih tasnya dan bersiap untuk keluar. Meskipun masih sulit untuk berdiri, ia memaksakan diri untuk terus berjalan. Ia berjalan secara perlahan, pelan-pelan tapi pasti. Walau terasa sakit dan membutuhkan waktu yang lama, akhirnya ia mencapai pintu UKS.
Ia menghembuskan nafas lega. Jari-jari Indahnya menyentuh gagang pintu tersebut lalu membukanya.
END PREVIOUS CHAPTER. . .

Cletar!
Seperti disambar petir ekspresi wajahnya saat pintu itu terbuka menampilkan seorang makhluk biru yang sangat tidak ingin ditemuinya. Sekarang ia menghela nafas dengan sangat berat.
"Hei, mau pulang bersamaku?" tanya Kisame yang suaranya pura-bura dibuat keren agar terkesan cool dimata Itachi. Bukannya menjawab, Itachi mendorong Kisame agar pergi dari hadapannya saat ini juga. Itachi mengeluarkan handphone dari saku
celananya, ia memencet tombol untuk mencari nomor orang yang mau ia hubungi. Setelah menemukannya, ia menekan tombol hijau lalu meletakan handphone tersebut di dekat telinga kanannya. Nada tuuut, tuuuut, tuuut segera terdengar menunjukan bahwa telepon itu tengah tersambung. Tak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu orang yang bersangkutan mengangkat teleponnya.
"Moshi-moshi Itachi, ada apa?" tanya orang di seberang sana.
"Kau sudah pulang sekolah?" tanya Itachi.
"Ya. Sekarang aku berada di parkiran dengan Sasuke."
"Neji, apa kau membawa mobil?" tanya Itachi lagi.
"Kebetulan sekali aku bawa. Sebenarnya kau kenapa?" tanya orang yang sekarang diketehui bernama Neji itu.
"Bisakah kau menjemputku? Kakiku sakit."
"Baiklah, tunggu sebentar aku segera kesana."
"Okay, arigatou."
"Doita."
Setelah Neji mengucapkan 'doita' Itachi langsung menutup teleponnya. Ia merasa senang, akhirnya ada orang yang mau membantunya sehingga ia
tidak pulang bersama Kisame. Neji dan Sasuke berjalan menuju parkiran saat bel
pulang sekolah selesai berbunyi. Tiba-tiba handphone Neji bergetar menandakan ada
panggilan masuk, segera ia mengambil handphone di dalam kantung celananya.
Nama Itachi tertera di layar handphonenya, ia langsung mengangkatnya. Neji memberi isyarat kepada Sasuke untuk jalan terlebih dahulu. Setelah mengetahui maksud Itachi menelponnya, Neji memanggil Sasuke. "Sasuke, kakakmu memerlukan bantuan. Ayo kita ke sekolahnya!" ajak Neji tanpa menyadari perubahan wajah Sasuke. Sasuke terlihat tidak suka Neji pergi menolong kakaknya.
"Baiklah," Sasuke menerima ajakan Neji meskipundi dalam hatinya sangat malas. Tak berapa lama, mobil Neji sampai di depan gerbang sekolah Itachi. Itachi yang sudah berada di depan gerbang, melambai ke arahnya sambil berjalan tertatih-tatih.
"Kenapa kakimu?"
"Tadi aku terjatuh."
"Sudah baikan? Masih terasa sakit?"
"Tidak. Hanya saja tadi aku sulit sekali untuk menggerakannya."
"Hei! Cepat masuk mobil, aku ingin segera pulang!" kata Sasuke dari dalam mobil, dari suaranya terdengar dengan sangat jelas jika ia sedang badmood.
"Ummmm, mobilku ada di dalam. Bagaimana ini,
Neji?"
"Sasuke saja yang membawa, kau bias membawanya 'kan Sasuke?" tanya Neji pada
Sasuke, yang bersangkutan hanya memberinya death glare.
"Dimana kunci mobilnya?" tanya Sasuke pada Itachi. Itachi memeberikan kunci mobilnya pada Sasuke.Setelah mendapat kunci dari Itachi, Neji mengajak Itachi untuk masuk ke dalam mobilnya dan langsung tancap gas meninggalkan Sasuke yang tengah bad mood itu. Sasuke menendang batu suci tak berdosa di dekatnya. Aneh, ia merasa kesal Neji berdekatan dengan kakaknya. Ia takut Neji pergi meninggalkannya. Nejilah satu-satunya sahabatnya, karena jarang sekali ada orang yang tulus menjadi sahabatnya karena biasanya mereka hanya melihat hartanya yang melimpah, wajahnya yang tampan dan otaknya yang genius ditambah dengan sifatnya yang arogan dan playboy.
Mobil Neji sudah jauh dari pandangan mata, Sasuke berjalan ke parkiran sekolah Itachi. Sasuke tidak perlu menanyakan dimana parkirannya karena ia sudah hapal betul letaknya. Saat berjalan di areal parkir, Sasuke melihat seorang laki-laki yang menarik perhatiannya. Laki-laki itu bertubuh tinggi, berkulit biru dan memiliki garis-garis di kedua sisi pipinya.
'Mangsa baru,' batinnya.
Bunyi bip-bip terdengar saat ia menekan tombol unlock. Ia membuka mobil Itachi.
Sesampainya di rumah Sasuke melihat Itachi dan Neji sedang memainkan game yang biasa dimainkan oleh Neji dan dirinya. Lagi-lagi ia merasa kesal, ia tidak mau sahabatnya bermain dengan orang lain selain dirinya terlebih lagi orang lain itu memainkan game kesukaannya dan Neji.

Sasuke menghentakkan langkahnya untuk menarik perhatian Neji. Neji yang sadar akan kehadiran Sasuke menoleh sebentar lalu melanjutkan gamenya lagi. Sungguh kecewa hati Sasuke saat sahabat satu-satunya itu mengacuhkannya. Sasuke langsung ke kamarnya dan membanting pintu itu dengan keras membuat orang yang berada di dalam rumahnya menoleh ke arah kamarnya. Ibu Sasuke yang tengah berada di dapur untuk memasak, kaget mendengar pintu kamar anak kesayangnnya itu dibanting dengan keras. Segera ia berjalan menaiki tangga untuk mengecek keadaan anak bungsunya.
Tok…Tok…Tok…
Sasuke mendengar pintu kamarnya diketuk tapi ia memilih untuk mengabaikannya. Ibu Sasuke yang khawatir karena Sasuke tak kunjung membuka pintu kamarnya, mengetuk lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Sasuke-kun, ini kaasaan. Tolong buka pintunya,sayang," kata wanita cantik itu lembut.
Mendengar suara ibunya Sasuke pun membuka pintu kamarnya. Saat pintu kamarnya terbuka ibu Sasuke langsung memeluknya menanyakan keadaannya yang hanya di jawab dengan gelengan kepala dan wajah yang masam. Karena Sasuke tidak ada masalah sedikitpun, tidak ada luka dan sebagainya, wanita cantik itu meninggalkan kamar Sasuke dan kembali melanjutkan aktifitasnya. Saat berpapasan dengan Itachi, Itachi menanyakan ada apa dengan Sasuke tetapi ia tidak menjawab sepatah kata pun yang membuat Itachi sedih. Ia tahu ibunya membencinya tetapi hingga kini alasan ibunya membenci dirinya masih menjadi misteri yang belum bisa ia pecahkan. Neji yang sudah tahu akan hubungan Itachi dengan ibunya, merangkul Itachi berharap Itachi bisa sedikit terhibur. Seandainya Neji tidak mancintai Sasuke, seandainya Itachi bisa berpura-pura untuk tidak mengetahui bahwa Neji sangat mancintai Sasuke, seandainya Itachi bisa menutup matanya untuk melihat fakta Sasuke adalah cahaya hidup Neji, ia pasti akan sangat senang dengan rangkulan ini.
Tapi Itachi bukanlah orang egois yang mementingkan perasaannya sendiri. Ia juga tahu Sasuke mencintai Neji hanya saja mereka terlalu naif untuk mengakuinya. Terkadang memang hidup tidak adil.
"Kenapa Neji? Kenapa dia sangat membenciku?" tanya Itachi pelan. Neji hanya mengangkat bahu sebagai jawaban atas ketidak tahuannya.
"Anyway, aku mau melihat Sasuke. Aku takut dia bermasalah!" kata Neji sambil berjalan ke kamar Sasuke. Itachi hanya bisa melihat punggung Neji yang berjalan menjauhinya.
"Oh, okay!" jawab Itachi meskipun ia tahu Neji mungkin saja tak mendengarnya.
"Jauhi dia! Kau tidak pantas berteman dengannya!" Itachi menoleh ke arah sumber suara.
"Kaasan, apa maksudmu?" tanya Itachi padaibunya.
"Jika kubilang jauhi dia karena kau tak pantas untuknya, maka kau harus melakukannya!" jawab ibunya mengancam Itachi. Itachi hanya diam saja, ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Kaasan, ada hal yang ingin kutanyakan padamu sejak dulu. Maukah kau menjawabnya?" tanya
Itachi penuh harap agar ibunya menjawab dengan jujur pertanyaan yang selama ini mengganjal di benaknya.
"Jika pertanyaanmu tidak membuang-buang waktuku, silahkan saja! Tapi aku yakin
pertanyaanmu tidak berguna!" jawab ibunya sambil berjalan pergi meninggalkan Itachi yang terlihat seperti ranting rapuh. Sementara itu Neji sedang berusaha membujuk Sasuke agar membuka pintu kamarnya namun orang yang bersangkutan terlalu keras kepala untuk melakukannya.
"Baiklah Sasuke, jika kau tidak membukanya aku akan memusnahkan tomat di dunia ini!" ancam Neji karena ia tahu inilah cara yang paling ampuh untuk mengancam Sasuke agar ia jinak. Seringai licik bermain di bibirnya. Tak berapa lama pintupun terbuka (walau hanya sedikit) menampilkan sosok manusia dengan raut wajah yang sangat kusut. Neji mencoba masuk tetapi Sasuke menahannya dengan mengirim Neji
death glare andalannya. Namun Neji sudah terbiasa dengan hal itu sehingga sudah tak mempan lagi baginya. Dengan susah payah Neji menerobos masuk, ia mendorong dengan sangat keras hingga membuatnya dan Sasuke terjatuh di lantai marmer yang dingin tersebut. Mereka berdua sama-sama mengaduh kesakitan Neji duduk di ranjang Sasuke yang terlapis oleh selimut bergambar tomat, sementara itu Sasuke berdiri di hadapannya sambil bertolak pinggang. Death glare masih terlihat di matanya.
"Hei, ada apa denganmu?" tanya Neji sambil menarik Sasuke untuk duduk di sebelahnya.
"Jika kukatakan, apa kau peduli?" jawabnya dengan nada ketus.
"Oh ayolah! Kau tahu aku selalu peduli!"
"Mengapa kau memainkan GAME FAVORIT KITA
BERSAMA ITACHI?" teriak Sasuke persis di samping telinga Neji, sehingga laki-laki yang tidak mempunyai pupil berwarna hitam itu spontan menutup telinganya yang kini berdengung.
"Oh hanya itu alasannya," Neji mengangguk
mengerti.
"Kau bilang hanya? HANYA?" tanya Sasuke. Kini ia mengambil guling yang berada di sampingnya dan memukul Neji dengan keras. Neji tidak merasa sakit karena guling itu sangat lembut.
"Memangnya kenapa kalau aku memainkannya dengan Itachi?"
"Tidak boleh! Apalagi dengan orang lain, pastikan aku akan membunuhmu!"
"Okay, okay!"
"Hei, mau mendengar ceritaku?" tanya Sasuke.
"Tentang apa? Ekspresi patah hati dari orang-orang yang sudah kau putuskan?"
"Ah kau ini! Bukan itu! Aku mendapat mangsa
baru!"
"Nani? Secepat itu? Kau baru saja memutuskangadis bernama Konan, sekarang kau sudah mendapatkan mangsa baru?" tanya Neji walaupun ia sudah tidak heran lagi tetapi entah kenapa  perasaannya menjadi aneh.
"Yup. Kau tahu? Dia satu sekolah dengan Itachi!"
"Nani? Itachi? Kenapa kau bisa tartaric dengannya?"
"Tidak tahu, aku merasa ada sesuatu yang menarik dalam dirinya," kata Sasuke setengah menerawang. Neji menghela nafas panjang.
"Menarik? Apakah dia lebih tampan dari pada diriku?" tanya Neji.
"Tentu saja kau lebih tampan, sejujrnya dia terlihat seperti hiu!"
"Oh."
"Oh? Hanya itu responmu?"
"Memangnya kau mau seperti apa responku?
Anyway, aku harus pulang ini sudah hampir malam, kaasanku bisa khawatir," Neji beranjak dari tempat tidur Sasuke dan berjalan keluar dari kamarnya. Setelah berpamitan kepada kedua orang tua Sasuke, Neji pergi meninggalkan rumah itu. Dalam perjalanan, ia hampir tidak bisaberkonsentrasi menyetir. Pikirannya kacau. Ratusan kali Sasuke membuatnya patah hati seperti ini. Saat melihat danau, ia memarkir mobilnya dengan sembarang. Ia pun keluar dari mobil. Dilihatnya danau yang sangat indah, tenang serta cahaya bulan yang memantul di permukaan danau tersebut terasa sangat menentramkan.
"ARRRRRRGH!" Neji berteriak dengan sangat frustasi, ia mengacak-acak rambutnya hingga berantakan dan terlihat sangat kacau. Untung saja danau ini sepi jadi tak ada seorang pun yang melihat dirinya yang sudah seperti orang gila. Ia menarik nafas, menghembuskannya, menarik nafas lagi dan begitulah seterusnya sampai ia merasa tenang.
"ARRRRRGH! Aw!" lagi-lagi ia berteriak tetapi berganti menjadi rintihan kesakitan saat kaleng kosong yang sepertinya sengaja dilempar mengenai kepalanya.
"Apa kau sudah gila? Berteriak tidak jelas di pinggir danau!" kata orang misterius tersebut.
"Siapa kau? Mencampuri urusan orang saja!" balas Neji sengit, ia pikir tidak ada orang yang melihatnya.
.
End Chapter . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar