Kicauan burung terdengar ketika sang
surya suda berada di ufuk
timur. Cahayanya yang berwarnajingga,
menembus lubang ventilasi. Cahaya itu tepat mengenai kelopak mata seorang pemuda yang masih terpejam. Perlahan, mata
itu terbuka dan menampilkan
keindahan mata si pemilik. Kriuk kriuk!
Alarm kelaparan yang berasal dari
dalam perut pemuda itu
berbunyi, menandakan perut itu harus segera diisi. Dengan kondisi yang masih mengantuk, ia berjalan ke kamar
mandinya untuk mencuci muka dan
gosok gigi. Setelah itu, ia pergi ke dapur. Di dapur, ia melihat seorang pemuda yang masih mengenakan piyama seperti dirinya.
Hanya saja,pemuda itu mengenakan piyama berwarna merah sedangkan ia mengenakan piyama
berwarna putih.
"Annyeonghaseo Kangin!" sapa pemuda itu kepada
Kangin.
"Ahhh, Leeteuk hyung! Kau lapar juga?" Tanya
Kangin.
"Begitulah, mau kubuatkan ramen?"
"Apa? Ramen? Tidak, aku tidak mau. Kalau aku memakan ramen, nanti aku cepat
mati!" teriak Kangin
histeris, ia mengibaskan kelima jari tangan kanannya tanda ia tidak setuju.
"Ya sudah, aku akan membuat untuk diriku saja!" kata Leeteuk santai, tangan kanannya
membuka bufet untuk
mengambil ramen instan.
"Jangan! Aku tidak mau kau cepat mati!" cegah Kangin saat Leeteuk hampir mengambil
ramen instan, kedua tangannya
memegang lengan Leeteuk
agar Leeteuk mengurungkan niatnya.
"Memangnya kenapa kalau aku cepat mati? Semua manusia pasti akan mengalami
kematian," kata
Leeteuk sambil menutup bufet, mengurungkan niatnya untuk mengambil ramen instan.
"Kalau kau mati nanti aku... Ah sudahlah! Bagaimana kalau kita buat pan
cake?"
"Boleh, tapi memangnya kau bisa?"
"Tidak, bagaimana kalau kita coba?"
"Baiklah, tapi bahannya?"
"Ada, aku cari dulu di kulkas." Kangin membuka kulkas, matanya
menjelajah seluruh isi kulkas.
Ia mengambil susu cair dan telur, kemudian meletakkannya di atas meja. Ia berkeliling dapur untuk mencari
tepung terigu, teflon, wadah dan
garpu.
Setelah semua yang ia butuhkan dirasa sudah lengkap, ia dan
Leeteuk memulai membuat
adonan.Leeteuk mengocok 2 butir telur di dalam wadah menggunakan garpu, sedangkan Kangin menambahkan sedikit demi sedikit
tepung terigu. Tepung terigu itu
tumpah sebagian karena tersenggol
tangan Leeteuk yang sedang mengocok telur. Leeteuk
mengaduk-aduk tepung terigu dengantelur, lalu Kangin menambahkan susu cair dan garam. Leeteuk mengaduk semua
bahan-bahan itu. Setelah
adonan itu dirasa tidak terlalu cair dan juga tidak terlalu kental, ia menghentikan
aktifitasnya.Sekarang saatnya memasak adonan. Kangin sudah meletakkan teflon di atas kompor gas
dengan
menaruh sedikit mentega di atas teflon.Leeteuk memasukkan
adonan itu, lalu ia mengecilkan
api dan menggerak-gerakkan gagang teflon itu dengan gerakan memutar agar pancakenya berbentuk
bulat sempurna. Setelah
adonan itu berwarna kecoklatan, Leeteuk mengangkatnya menggunakan spatula, lalu menaruhnya di atas piring datar
berbentuk lingkaran yang
dipegang oleh Kangin.Begitulah seterusnya sampai adonan itu habis.Tiba-tiba,
sifat jahil Kangin muncul ketika ia melihat sedikit sisa adonan yang tersisa di dalamwadah. Ia
mencelupkan jarinya, lalu menggerak-gerakannya agar adonan itu menutupi
seluruhjarinya.
Ia memoleskan adonan itu ke wajah Leeteuk. Leeteuk yang tidak terima
akan perlakuan Kangin, mencoba
membalasnya denganmenaburkan sisa tepung terigu ke kepala Kangin.Tetapi, Kangin
berkelit dan melarikan diri. Akhirnya mereka berkejar-kejaran mengelilingi dapur, melempar benda apa pun yang
bisa mereka
lempar. Lelah
karena berperang, Leeteuk berhenti sejenak di dekat meja untuk mengambil oksigen. Kangin yang melihat Leeteuk berhenti, ia
juga berhenti dipintu dapur yang tidak ada pintunya. Leeteuk melihat 5 butir telur di atas
meja. Tanpa pikir panjang lagi,
ia langsung melempar sebutir telur ke arah Kangin. Dengan sigap Kangin
menunduk, tetapi naasnya telur itu mengenai kening seseorang yang berada di
belakang Kangin. "AWW!"
pekik orang itu kesakitan. Ia memegang keningnya dan memandang jijik telur yang sudah pecah di keningnya.
Wajah pemuda itu memerah seperti
kepiting rebuskarena menahan marah, wajahnya semakin terlihat horror ketika ekor matanya melihat
dapur. Berantakan, kotor,
hancur lebur. Begitulah suasana dapur saat itu. Tiba-tiba, di kepalanya keluar tanduk, lubang hidung dan telinganya mengeluarkan asap, di belakangnya ada
petir yang sedang
menyambar-nyambar. Kangin dan Leeteuk jadi semaput karenanya.
"KALIAN BERDUA! CEPAT BERSIHKAAAAAAAN!" teriakan pemuda itu memekakkan
telinga,memecahkan barang pecah belah dan memporak-
porandakkan dapur. Kangin dan Leeteuk mematung di tempat. "Kenapa diam saja? Cepat
bersihkan!"
"I-Iya Heechul hyung," kata Kangin ketakutan, wajahnya sudah memucat.
"Kalian tidak ada yang menghargaiku! Semalam aku dan Hankyung sudah setengah mati membersihkan dapur. Tapi kalian?
Kalian hanya mengotorinya
saja!"
"Maaf Heechul hyung."
"Enak saja meminta maaf! Sekarang bersihkan lagi seperti semula!" perintah
Heechul sambil mengambil semua pan
cake yang sudah susah payah
dibuat oleh Kangin dan Leeteuk, lalu ia pergi meninggalkan Kangin dan Leeteuk yang terbengong-bengong karena Heechul
dengan sekotor jidatnya
mengambil semua pan cake itu. Kangin dan Leeteuk hanya bisa pasrah. "Haaaah..." mereka berdua menghela nafas
bersamaan melihat dapur yang sudah tidak terbentuk lagi. Sisa tepung terigu
dan telur
berserakan dimana-mana. "Huh! Heechul hyung curang! Dia menyuruh kita membersihkan seluruh ruangan ini.
Padahal tadi dia juga ikut
memecahkan beberapa piring akibat teriakannya," gerutu Kangin berapi-api.
"Heechul tidak akan berteriak kalau kita tidak menghancurkan dapur," kata Leeteuk
bijak.
"Aku tidak terima!" kata Kangin tegas bercampur marah, ia mengepel lantai dengan
kasar sebagai pelampiasan
kemarahannya terhadap Heechul. "AWWW! Hsssss," tiba-tiba Leeteuk berteriak ketika ujung jari telunjuk kanannya
menyentuh ujung pecahan piring yang sangat tajam,
kini darah segar keluar dari
ujung jari telunjuknya.
Kangin yang mendengar teriakan Leeteuk, reflex berlari ke arah Leeteuk. Karena
terburu-buru, ia lupa
kalau ia sedang mengepel. Akibatnya, ia tergelincir dan jatuh di atas tubuh Leeteuk. Sekarang tubuh mereka tidak berjarak
1 cm pun. "Kangin,
berat. Menyingkirlah!" rintih Leeteuk yang berada di bawah tubuh Kangin. "Ah, maaf hyung!" kata
Kangin meminta maaf sambil
beringsut dari tubuh Leeteuk. "Tidak apa-apa," Leeteuk mengibaskan kelima jari kanannya. Kangin melihat darah segar
yang keluar dari ujung jari
telunjuk Leeteuk. Ia meraih tangan Leeteuk lalu mengulumnya dengan penuh penghayatan. Ada perasaan
apa ini?? Entahlah apa yang ku rasa...
Bersambung...
Create : Deivy Triasti Apriliasanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar