Rabu, 10 Desember 2014

Be My Valentine


 Kicauan burung terdengar ketika sang surya suda berada di ufuk timur. Cahayanya yang berwarnajingga, menembus lubang ventilasi. Cahaya itu tepat mengenai kelopak mata seorang pemuda yang masih terpejam. Perlahan, mata itu terbuka dan menampilkan keindahan mata si pemilik. Kriuk kriuk!

Alarm kelaparan yang berasal dari dalam perut pemuda itu berbunyi, menandakan perut itu harus segera diisi. Dengan kondisi yang masih mengantuk, ia berjalan ke kamar mandinya untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setelah itu, ia pergi ke dapur. Di dapur, ia melihat seorang pemuda yang masih mengenakan piyama seperti dirinya. Hanya saja,pemuda itu mengenakan piyama berwarna merah sedangkan ia mengenakan piyama berwarna putih.
"Annyeonghaseo Kangin!" sapa pemuda itu kepada
Kangin.
"Ahhh, Leeteuk hyung! Kau lapar juga?" Tanya
Kangin.
"Begitulah, mau kubuatkan ramen?"
"Apa? Ramen? Tidak, aku tidak mau. Kalau aku memakan ramen, nanti aku cepat mati!" teriak Kangin histeris, ia mengibaskan kelima jari tangan kanannya tanda ia tidak setuju.
"Ya sudah, aku akan membuat untuk diriku saja!" kata Leeteuk santai, tangan kanannya membuka bufet untuk mengambil ramen instan.
"Jangan! Aku tidak mau kau cepat mati!" cegah Kangin saat Leeteuk hampir mengambil ramen instan, kedua tangannya memegang lengan Leeteuk agar Leeteuk mengurungkan niatnya.
"Memangnya kenapa kalau aku cepat mati? Semua manusia pasti akan mengalami kematian," kata Leeteuk sambil menutup bufet, mengurungkan niatnya untuk mengambil ramen instan.
"Kalau kau mati nanti aku... Ah sudahlah! Bagaimana kalau kita buat pan cake?"
"Boleh, tapi memangnya kau bisa?"
"Tidak, bagaimana kalau kita coba?"
"Baiklah, tapi bahannya?"
"Ada, aku cari dulu di kulkas." Kangin membuka kulkas, matanya menjelajah seluruh isi kulkas. Ia mengambil susu cair dan telur, kemudian meletakkannya di atas meja. Ia berkeliling dapur untuk mencari tepung terigu, teflon, wadah dan garpu.

Setelah semua yang ia butuhkan dirasa sudah lengkap, ia dan Leeteuk memulai membuat adonan.Leeteuk mengocok 2 butir telur di dalam wadah menggunakan garpu, sedangkan Kangin menambahkan sedikit demi sedikit tepung terigu. Tepung terigu itu tumpah sebagian karena tersenggol tangan Leeteuk yang sedang mengocok telur. Leeteuk mengaduk-aduk tepung terigu dengantelur, lalu Kangin menambahkan susu cair dan garam. Leeteuk mengaduk semua bahan-bahan itu. Setelah adonan itu dirasa tidak terlalu cair dan juga tidak terlalu kental, ia menghentikan aktifitasnya.Sekarang saatnya memasak adonan. Kangin sudah meletakkan teflon di atas kompor gas dengan
menaruh sedikit mentega di atas teflon.Leeteuk memasukkan adonan itu, lalu ia mengecilkan api dan menggerak-gerakkan gagang teflon itu dengan gerakan memutar agar pancakenya berbentuk bulat sempurna. Setelah adonan itu berwarna kecoklatan, Leeteuk mengangkatnya menggunakan spatula, lalu menaruhnya di atas piring datar berbentuk lingkaran yang dipegang oleh Kangin.Begitulah seterusnya sampai adonan itu habis.Tiba-tiba, sifat jahil Kangin muncul ketika ia melihat sedikit sisa adonan yang tersisa di dalamwadah. Ia mencelupkan jarinya, lalu menggerak-gerakannya agar adonan itu menutupi seluruhjarinya.

Ia memoleskan adonan itu ke wajah Leeteuk. Leeteuk yang tidak terima akan perlakuan Kangin, mencoba membalasnya denganmenaburkan sisa tepung terigu ke kepala Kangin.Tetapi, Kangin berkelit dan melarikan diri. Akhirnya mereka berkejar-kejaran mengelilingi dapur, melempar benda apa pun yang bisa mereka
lempar. Lelah karena berperang, Leeteuk berhenti sejenak di dekat meja untuk mengambil oksigen. Kangin yang melihat Leeteuk berhenti, ia juga berhenti dipintu dapur yang tidak ada pintunya. Leeteuk melihat 5 butir telur di atas meja. Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung melempar sebutir telur ke arah Kangin. Dengan sigap Kangin
menunduk, tetapi naasnya telur itu mengenai kening seseorang yang berada di belakang Kangin. "AWW!" pekik orang itu kesakitan. Ia memegang keningnya dan memandang jijik telur yang sudah pecah di keningnya.

Wajah pemuda itu memerah seperti kepiting rebuskarena menahan marah, wajahnya semakin terlihat horror ketika ekor matanya melihat dapur. Berantakan, kotor, hancur lebur. Begitulah suasana dapur saat itu. Tiba-tiba, di kepalanya keluar tanduk, lubang hidung dan telinganya mengeluarkan asap, di belakangnya ada petir yang sedang menyambar-nyambar. Kangin dan Leeteuk jadi semaput karenanya.
"KALIAN BERDUA! CEPAT BERSIHKAAAAAAAN!" teriakan pemuda itu memekakkan telinga,memecahkan barang pecah belah dan memporak-
porandakkan dapur. Kangin dan Leeteuk mematung di tempat. "Kenapa diam saja? Cepat bersihkan!"
"I-Iya Heechul hyung," kata Kangin ketakutan, wajahnya sudah memucat.
"Kalian tidak ada yang menghargaiku! Semalam aku dan Hankyung sudah setengah mati membersihkan dapur. Tapi kalian? Kalian hanya mengotorinya saja!"
"Maaf Heechul hyung."
"Enak saja meminta maaf! Sekarang bersihkan lagi seperti semula!" perintah Heechul sambil mengambil semua pan cake yang sudah susah payah dibuat oleh Kangin dan Leeteuk, lalu ia pergi meninggalkan Kangin dan Leeteuk yang terbengong-bengong karena Heechul dengan sekotor jidatnya mengambil semua pan cake itu. Kangin dan Leeteuk hanya bisa pasrah. "Haaaah..." mereka berdua menghela nafas
bersamaan melihat dapur yang sudah tidak terbentuk lagi. Sisa tepung terigu dan telur
berserakan dimana-mana. "Huh! Heechul hyung curang! Dia menyuruh kita membersihkan seluruh ruangan ini. Padahal tadi dia juga ikut memecahkan beberapa piring akibat teriakannya," gerutu Kangin berapi-api.
"Heechul tidak akan berteriak kalau kita tidak menghancurkan dapur," kata Leeteuk bijak.
"Aku tidak terima!" kata Kangin tegas bercampur marah, ia mengepel lantai dengan kasar sebagai pelampiasan kemarahannya terhadap Heechul. "AWWW! Hsssss," tiba-tiba Leeteuk berteriak ketika ujung jari telunjuk kanannya menyentuh ujung pecahan piring yang sangat tajam, kini darah segar keluar dari ujung jari telunjuknya.
Kangin yang mendengar teriakan Leeteuk, reflex berlari ke arah Leeteuk. Karena terburu-buru, ia lupa kalau ia sedang mengepel. Akibatnya, ia tergelincir dan jatuh di atas tubuh Leeteuk. Sekarang tubuh mereka tidak berjarak 1 cm pun. "Kangin, berat. Menyingkirlah!" rintih Leeteuk yang berada di bawah tubuh Kangin. "Ah, maaf hyung!" kata Kangin meminta maaf sambil beringsut dari tubuh Leeteuk. "Tidak apa-apa," Leeteuk mengibaskan kelima jari kanannya. Kangin melihat darah segar yang keluar dari ujung jari telunjuk Leeteuk. Ia meraih tangan Leeteuk lalu mengulumnya dengan penuh penghayatan. Ada perasaan apa ini?? Entahlah apa yang ku rasa...

Bersambung...

 Create : Deivy Triasti Apriliasanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar